Kisah ini bermula ketika seorang wanita cantik bernama Kuchisake-onna, menemukan dirinya terjebak dalam belenggu cinta yang berliku dan penuh intrik saat menjalani kehidupan sebagai istri seorang samurai di negeri Jepang. Cerita yang mulai banyak dibicarakan sejak masa Dinasti Edo ini, menjadi saksi dari pesona kecantikan Kuchisake-onna hingga menarik perhatian pria lain yang memicu rasa cemburu mendalam di hati sang suami.
Termakan oleh hasutan dan kemarahan yang makin membakar api kecemburuan, suami Kuchisake-onna akhirnya mengambil keputusan yang tak pernah orang lain bayangkan. Di antara kabut malam yang menyelimuti Jepang kala itu, ia merobek mulut Kuchisake-onna. Membuat senyuman yang semula begitu indah memesona, menjadi wajah mencekam tanpa nyawa. Darah dan rasa sakit menyatu dalam momen singkat yang mengerikan. Menciptakan luka dan kecewa yang tak hanya terlihat di wajah Kuchisake-onna, tetapi juga merasuk dalam jiwanya.
Di antara bayang-bayang kegelapan dan derita, ia memutuskan untuk membalaskan dendam pada mantan suaminya. Terlahir kembali sebagai hantu yang mengembara, Kuchisake-onna menjelajahi dunia setelah kematian dengan tekad yang tak tergoyahkan. Dengan senyuman abadi yang kini menjadi ciri khasnya, Kuchisake-onna menghantui malam-malam gelap di Jepang, mencari keadilan untuk luka yang tak pernah terhapuskan.
Legenda mengatakan, Kuchisake-onna biasanya muncul dari kegelapan, menyelinap di antara lorong-lorong sepi dan tempat-tempat tersembunyi dengan muka yang tertutup oleh topeng dengan rambut panjang menjuntai.
Kuchisake-onna akan bertanya pada setiap orang yang ditemuinya, “Watashi kirei?” — “Apakah aku cantik?”
Jawaban terhadap pertanyaan ini menjadi pemutus takdir bagi mereka yang tidak memiliki keberanian untuk bicara kebenaran. Jika seseorang mengatakan tidak, nasib buruk akan menanti mereka. Tetapi, jika orang itu berani mengatakan iya, Kuchisake-onna akan membuka topengnya, memperlihatkan mulut sobeknya yang mengerikan.
Kisah menyeramkan tentang Kuchisake-onna mencapai puncaknya dalam peristiwa yang melibatkan seorang anak laki-laki bernama Hiroshi. Di suatu malam yang kelam, setelah pulang dari sekolah, Hiroshi merasakan kehadiran yang aneh di sepanjang jalan yang biasa ia lalui. Langkah kakinya melambat dan tiba-tiba bayangan seorang wanita dengan topeng misterius muncul di hadapannya.
Hiroshi merasakan jantungnya berdebar kencang, dan matanya terpaku pada sosok wanita itu. Dengan gemetar, dia menjawab pertanyaan tak terhindarkan, “Watashi kirei?” “Apakah aku cantik?”
Dalam ketakutan yang luar biasa, Hiroshi dengan ragu-ragu menjawab, “Ya.” Sebuah jawaban yang menuntunnya pada pemandangan paling mengerikan di hidupnya. Wanita itu dengan dingin melepas topengnya, memperlihatkan mulutnya yang terbelah hingga telinga dengan deretan gigi yang berlumuran darah. Senyum mengerikan yang telah merayap di dalam mimpi-mimpi banyak orang.
“Aku cantik, kan?” ucapnya sambil mempertahankan seringai mengerikan yang membelah malam. Hiroshi yang ketakutan berusaha melarikan diri dari penampakan malam itu, namun bayangan Kuchisake-onna tak pernah berhenti menghantuinya.
Cerita tentang Kuchisake-onna juga mengakar dalam ketakutan yang menyebar di antara masyarakat Jepang. Ketakutan ini makin diperkuat oleh sebuah kesaksian bahwa Kuchisake-onna memiliki kemampuan misterius untuk muncul dalam berbagai bentuk atau bahkan menghilang dan muncul kembali secara tiba-tiba. Setiap bayangan di lorong-lorong gelap atau setiap wanita yang mengenakan topeng misterius selalu memicu reaksi ketakutan dan ancaman mendalam. Mitos ini terus bertahan sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan kepercayaan dan ketakutan dalam budaya masyarakat Jepang.
Kuchisake-onna bukan hanya sekadar legenda. Ia adalah bayangan yang terus menghantui dan menyelip ke dalam pikiran setiap individu yang menjelajahi kegelapan malam di tanah matahari terbit. Kuchisake-onna akan selalu menjadi sosok misterius dalam bayangan gelap malam Jepang.
Semangat, terus berkarya 😍