Tragedi letusan Gunung Krakatau terjadi lebih dari seabad yang lalu. Meskipun begitu, bencana alam terhebat sepanjang sejarah ini, masih sangat menarik untuk diceritakan kembali hingga hari ini dan untuk
Pada 1883, dunia menyaksikan tragedi alam paling dahsyat yang mampu mengubah landskap Bumi. Ada banyak dampak yang dihasilkan oleh tragedi letusan gunung terkuat dalam sejarah ini. Bahkan dalam jangka panjang, letusan gunung Krakatau telah menyebabkan perubahan iklim.
Kilas Balik Tragedi Letusan Gunung Krakatau
Letusan Gunung Krakatau masih menjadi salah satu tragedi yang paling mengerikan dalam sejarah umat manusia. Untuk memahami apa yang terjadi pada saat itu, kita perlu kilas balik pada 140 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1883.
Gunung Krakatau sejatinya telah menunjukkan pertanda pada 20 Mei 1883. Kala itu, sebuah kapal perang Jerman yang sedang melintas, melihat adanya bumbungan asap dan awan debu di atas Puncak Perboewatan. Bumbungan asap dan awan debu tersebut tingginya mencapai 11 kilometer.
Kurang lebih sekitar dua bulan setelahnya, terjadi letusan Gunung Krakatau berskala kecil. Letusan yang disaksikan oleh masyarakat yang berada di Sumatera dan Jawa tersebut, disambut dengan heboh. Kala itu, awan hitam menutupi pulau Krakatau selama hampir seminggu. Ketika awan hitam tersebut menghilang, hujan abu mulai berjatuhan dari langit.
Tragedi letusan Gunung Krakatau mencapai puncaknya. Pada suatu sore di tanggal 26 Agustus 1883, Gunung Krakatau memuntahkan isi perutnya dengan kekuatan yang tak terbayangkan. Dentumannya terdengar hingga ke seluruh Jawa dan Sumatera, bahkan hingga ke negara tetangga Singapura dan Australia.
Keesokan harinya pada 27 Agustus, empat letusan susulan yang tidak kalah mengerikan, terjadi. Terjadi sejak pukul 05.30 pagi dan mencapai puncaknya pada pukul 10.02, letusan-letusan susulan ini telah melenyapkan pulau-pulau yang ada di sekitar Gunung Krakatau.
Baca juga: Teori Konspirasi Titanic, Apakah Benar Tenggelam?
Ledakan Hebat Mengguncang Dunia
Dahsyatnya letusan Gunung Krakatau, tercatat di dalam buku The Guinness Book Record, sebagai letusan terhebat yang pernah terekam sepanjang sejarah. Bagaimana tidak, letusan gunung ini tercatat berkekuatan 200 megaton. Sebagai perbandingan, letusan bom atom yang menghancurkan kota Hiroshima, Jepang memiliki kekuatan 20 megaton.
Letusan Gunung Krakatau terdengar hingga radius 5.000 kilometer, mencapai Perth, Australia hingga pulau Rodrigues. Hingga kini, bunyi letusan tersebut tercatat sebagai suara paling keras di dunia, yaitu mencapai 310 desibel. Para ahli menyebut bahwa siapapun yang berada dalam jarak 10 mil dari letusan Gunung Krakatau, dipastikan akan langsung menjadi tuli.
Dengan kekuatan sehebat itu, tentu saja letusan Gunung Krakatau menimbulkan dampak yang tak terbayangkan. Korban dari bencana alam ini dilaporkan sekitar 31.000 sampai 36.000 jiwa. Sebagian besar di antaranya merupakan korban tsunami, dan sekitar 4.500 jiwa di antaranya tewas terpanggang aliran piroklastik.
Krakatau memuntahkan hingga 13 kubik mil isi Bumi. Sepertiga di antaranya jatuh di area sekitar hingga radius 32 kilometer. Hujan debu vulkanik memenuhi pemandangan langit, bahkan terbawa angin ke seluruh dunia.
Setelah Ledakan Hebat
Tragedi letusan Gunung Krakatau tidak selesai dalam hitungan hari saja. Hingga bulan Oktober 1883, masih ada letusan lumpur skala kecil yang terus terjadi. Perubahan iklim juga berlangsung untuk tahun-tahun berikutnya. Pola cuaca yang tidak stabil benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari, bahkan hingga ke Amerika Serikat.
Langit di wilayah Pesisir Timur tampak merah menyala seperti sedang terbakar. Ada laporan yang menyebutkan bulan tampak berubah menjadi biru dan matahari tampak berwarna ungu. Semuanya merupakan distorsi yang dikaitkan dengan asap vulkanik dari letusan Gunung Krakatau.
Pada 1927, sekitar 44 tahun sejak ledakan hebat terjadi, lahirlah gunung baru yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Anak Krakatau sendiri setiap tahunnya terus tumbuh sekitar 4-6 meter.
Menilik kembali tragedi Gunung Krakatau 1883, masih terus menjadi pembelajaran berharga untuk kehidupan modern saat ini. Kita akan terus diingatkan mengenai dahsyatnya kekuatan alam dan dampaknya. Selain itu, tragedi ini juga mengingatkan kita akan pentingnya mitigasi bencana.